PISA merupakan program yang dibuat untuk mempersiapkan sumber daya manusia agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan dalam pasar internasional. Lalu, apa pengaruhnya bagi kurikulum di Indonesia?
Mardasari
20 Maret 2020
Berita Pendidikan
PISA (The Programme for International Student Assessment) adalah sebuah program yang diinisiasi oleh negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development).PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 untuk membantu negara-negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan dalam pasar internasional.
Program internasional yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali ini bertujuan untuk memonitor litensi membaca, kemampuan matematika, dan kemampuan sains yang diperuntukan untuk siswa berusia 15 tahun dengan maksud mengevaluasi dan meningkatkan metode pendidikan di suatu negara. PISA dilakukan dalam bentuk tes bacaan, matematika dan sains yang dikerjakan dalam durasi 2 jam. Dalam pelaksanaannya Indonesia menunjuk anak didik yang akan mengikuti tes ini secara acak dari berbagai daerah. Untuk memperlihatkan bahwa tingkat literasi baik dalam membaca, matematika, maupun sains sudah baik, maka OECD memiliki standar rata-rata internasional skor 500.
Penjelasan subyek yang diujikan pada tes PISA : membaca : kemampuan itu diartikan sebagai kapasitas murid untuk memahami, menggunakan, evaluasi, merenungkan, dan memakai teks untuk mencapai tujuan, mengembanagkan pengetahuan dan potensi, serta berpastisipasi di dalam masyarakat. Matematika : Diartikan sebagai kapasitas murid untuk merumuskan menggunakan, dan menafsirkan matematika di berbagai konsep, prosedur, fakta, dan perangkat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. Sains : kemampuan untuk menghadapi isu-isu terkait sains dan dengan gagasan sains sebagai anggota masyarakat yang berpikir.
Indonesia pertama kali mengikuti PISA pada tahun 2000. Indonesia berada di urutan ke 38 dari 41 negara yang terlibat dengan rata-rata 377. Pada hasil PISA mengenai literasi membaca, Indonesia mendapat peringkat ke 39, membaca skor 371. Pada tahun kedua diselenggarakan PISA yaitu 2003 yang diikuti oleh 40 negara, literasi membaca Indonesia mendapat skor 382. Hal ini menunjukan literasi membaca kala itu. Tahun-tahun selanjutnya Indonesia mengalami penurunan di semua bidang. Berdasarkan laporan PISA yang baru rilis, selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada diperingkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Diantara negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia berada paling bawah bersama Filipina yang mendapat peringkat terakhir dalam membaca dan skor sebelum terakhir di dua bidang lain.
Penyebab rendahnya tingkat literasi Indonesia dikarenakan banyak hal. Salah satunya adalah penggunaan teknologi yang kurang bijaksana. Masyarakat Indonesia banyak yang terlena akan kecanggihan teknologi masa kini. Padahal sebenarnya membaca bisa dilaksanakan melalui gadget dengan adanya teknologi e-book. Namun lain halnya di daerah yang terpencil minimnya akses terhadap buku masih menjadi polemik. Tidak adanya akses perpustakaan yang memadai pun menjadi masalah. Kegiatan menonton baik televisi maupun video dari platform lain menjadi primadona dan kegiatan membaca mulai terkikis eksistensinya.
Akibat rendahnya tingkat Literasi Indonesia menurut PISA, literasi akan berdampak pada kemampuan ekonomi dimasa yang akan datang. Indonesia masih digolongkan dalam negara yang belum mampu menciptakan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan analitis sebagaimana yang seharusnya dilakukan orang dewasa dalam menghadapi tuntutan zaman. Jika Indonesia tidak dapat bersaing, maka akan membuat perekonomian indonesia terpuruk dan kesejahteraan warga akan menurun.
Pencapaian PISA secara tidak langsung turut memberi andil pada perubahan kebijakan kurikulum di Indonesia. Perubahan kurikulum di Indonesia selalu berubah karena tuntutan pasar untuk menguasai keahlian tertentu. Dunia pendidikan tidak lagi mengarahkan manusia menjadi bijaksana dan humanis, namun mampu mengembangkan SDM yang handal. Capaian PISA sebaiknya disikapi sebagai bagian kecil dari indikator keberhasilan pendidikan.jika ini bisa diterapkan maka akan dapat meminimalisir kesenjangan terhadap pendidikan di daerah terpencil. Dengan demikian PISA tidak dapat dijadikan sebagai penentu satu-satunya ukuran keberhasilan atau kegagalan pendidikan di Indonesia, untuk itu perubahan kurikulum sebaiknya didasarkan kepada penelitian tindakan. Dimensi yang diteliti tidak hanya tiga komponen mata pelajaran tetapi juga harus meneliti input, output dan outcome. Dengan kata lain untuk menjadi alat ukur dalam kualitas siswa yang sesuai dengan proses pembelajaran, materi yang diajarkan, metode yang digunakan serta asesmen yang diberikan.
Solusi untuk meningkatkan literasi Indonesia dengan cara meningkatkan minat membaca, dimulai dengan lingkungan yang pertama kali membentuk yaitu keluarga, orang tua seharusnya mengalokasikan waktu khusus untuk membaca secara konsisten sehingga anak akan terbiasa. Selain itu menggunakan gadget dengan lebih bijaksana agar memberikan dampak positif mengenai peningkatan literasi. Dengan adanya PISA merupakan salah satu indeks pengukuran tingkat literasi dapat memperbaiki minat baca menjadikan Indonesia termasuk negara yang cerdas sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan.
Berita Pendidikan